
Oleh: Muhammad Taufiq Ali Yahya
Makna “miskin” dari berbagai perspektif: lahiriah, batiniah, sosial, dan spiritual, terutama dalam tradisi Islam dan pandangan para arifin (ahli hakikat):
1. Miskin Zahir (Ekonomi)
Orang yang tidak memiliki kecukupan harta atau penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dalam fiqih, kadang dibedakan dengan “fakir”.
2. Miskin Batin (Spiritual)
Seorang hamba yang menyadari bahwa dirinya tidak memiliki apa-apa di hadapan Allah, dan seluruh keberadaannya bergantung sepenuhnya pada-Nya. Ini adalah maqam terpuji dalam tasawuf.
3. Miskin Akhlak
Orang yang tidak memiliki kekayaan nilai-nilai moral, seperti kasih sayang, kejujuran, sabar, atau tawadhu. Ia kering dari akhlak mulia.
4. Miskin Ilmu
Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan yang bermanfaat, baik ilmu duniawi maupun ukhrawi, terutama ilmu ma‘rifah yang mengenalkan Allah.
5. Miskin Ruhani
Jiwa yang gersang dari zikir, tuma’ninah, cinta ilahi, dan hubungan dengan cahaya ruhani. Ia hidup, tapi hatinya mati.
6. Miskin Sosial
Individu yang terpinggirkan, tak punya pengaruh atau dukungan sosial, dan dianggap tak penting dalam tatanan masyarakat.
7. Miskin Qana‘ah
Orang yang selalu merasa kurang, walau harta banyak. Ia miskin dalam sikap batin, karena tidak punya sifat qana‘ah (merasa cukup).
8. Miskin Makrifat
Orang yang tidak mengenal Allah secara hakiki, walaupun ia ahli ibadah dan ilmu zahir. Dalam istilah arifin, ini adalah miskin yang paling menyedihkan.
9. Miskin Syukur
Orang yang tidak pandai bersyukur atas nikmat, baik kecil maupun besar. Ia selalu mengeluh, lupa melihat karunia di balik kesempitan.
10. Miskin Amal
Seseorang yang sedikit amal kebaikannya, atau amalnya tidak diterima karena kurang ikhlas atau riya’. Ia bangkrut di akhirat, meskipun tampak giat di dunia.
Makna “miskin” menurut Al-Qur’an, berdasarkan kata “miskīn” dan konteksnya, disertai penjelasan makna zahir dan isyarat batinnya menurut para mufassir dan arifin:
1. Miskin yang Butuh Makanan
Surah Al-Baqarah (2:184):
“وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ”
Makna: Miskin sebagai orang yang butuh diberi makan (fidyah).
Isyarat batin: Jiwa yang lapar akan kasih sayang dan perhatian.
2. Miskin Penerima Zakat
Surah At-Taubah (9:60):
“إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ…”
Makna: Miskin adalah salah satu golongan utama penerima zakat.
Batin: Jiwa yang miskin dari kesadaran hakiki, butuh pencerahan.
3. Miskin Berpura-pura (Disembunyikan)
Surah Al-Baqarah (2:273):
“يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ…”
Makna: Miskin yang tidak mau meminta-minta.
Batin: Orang saleh yang butuh bantuan tapi menyembunyikan kesulitan demi kehormatan diri.
4. Miskin Kaum Ashab As-Suffah
Surah Al-Hashr (59:8):
“لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ…”
Makna: Para sahabat yang meninggalkan harta demi hijrah.
Batin: Orang yang “miskin” karena meninggalkan dunia demi Allah.
5. Miskin Anak Yatim dan Tertindas
Surah Al-Fajr (89:17–18):
“كَلَّا بَل لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ *
وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ”
Makna: Kecaman terhadap mereka yang mengabaikan anak yatim dan miskin.
Batin: Mengabaikan jiwa-jiwa yang haus akan cinta dan rahmat.
6. Miskin sebagai Ujian Sosial
Surah Al-Balad (90:14–16):
“أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ *
يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ * أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ”
Makna: Miskin yang terlantar di tanah (miskin mutlak).
Batin: Jiwa yang tertunduk hina, siap menerima cahaya kebenaran.
7. Miskin dalam Ujian Nabi Musa & Khidr
Surah Al-Kahf (18:79):
“فَأَرَدتُّ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُم مَّلِكٌ…”
Makna: Kapal milik orang miskin yang ditolong secara tak tampak.
Batin: Kemiskinan yang membawa keberkahan tersembunyi lewat takdir Ilahi.
8. Miskin sebagai Simbol Kelembutan Hati
Surah Al-Insan (76:8):
“وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ
مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا”
Makna: Memberi makan kepada miskin karena cinta Allah.
Batin: Penghargaan terhadap makhluk Allah tanpa syarat.
9. Miskin Tidak Sama dengan Fakir
Dalam beberapa ayat, “fakir” dan “miskin” disebut terpisah, menunjukkan perbedaan tingkat.
Miskin: Mampu secara minimal tapi tetap kekurangan.
Fakir: Tidak punya apa-apa sama sekali.
Batin: Miskin: sadar butuh. Fakir: kosong total dari segala hal kecuali Allah.
10. Miskin sebagai Jalan Ma‘rifah
Secara isyarat Qur’ani, “kemiskinan” (الفقر) adalah salah satu maqam tertinggi dalam suluk, sebagaimana dalam hadis:
“الفقر فخري” — “Kemiskinan adalah kebanggaanku” (Nabi Muhammad saw, menurut riwayat tasawuf).
Makna batin: Miskin adalah kosongnya diri dari ego, penuh dengan kehadiran Allah.
Makna “miskin” menurut hadis Nabi Muhammad (saw), baik secara zahir (lahiriah) maupun batin (spiritual), berdasarkan riwayat-riwayat yang sahih dan digunakan dalam literatur akhlak dan tasawuf:
1. Miskin yang Sabar dan Beriman
“Aku berdiri di pintu surga, maka kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang miskin…”(HR. Bukhari dan Muslim)
Makna: Miskin dunia tapi kaya iman.
Batin: Kemiskinan menjauhkan dari kesombongan dan mendekatkan kepada Allah.
2. Miskin sebagai Ujian Kehidupan
“Sesungguhnya orang miskin itu akan lebih cepat masuk surga daripada orang kaya sebanyak setengah hari (500 tahun).”
(HR. Tirmidzi)
Makna: Miskin adalah ujian dunia, tapi keutamaan di akhirat.
Batin: Dunia sedikit, hisabnya ringan.
3. Miskin yang Tidak Mengeluh
“Bukanlah miskin itu karena tidak punya harta, tetapi miskin adalah orang yang menahan diri (dari meminta).”HR. Bukhari dan Muslim)
Makna: Miskin yang sejati adalah miskin yang mulia.
Batin: Zuhud sejati, tidak bersandar pada makhluk.
4. Miskin yang Malu Meminta
“Orang miskin adalah yang tidak memiliki apa-apa, namun orang tidak tahu bahwa ia miskin sehingga tidak diberi sedekah.”(HR. Bukhari)
Makna: Miskin tersembunyi karena menjaga izzah.
Batin: Kemiskinan yang berbalut kehormatan adalah maqam tinggi.
5. Kemiskinan Rasulullah
“Ya Allah, hidupkan aku sebagai orang miskin, matikan aku dalam kemiskinan, dan kumpulkan aku di hari kiamat bersama orang-orang miskin.”(HR. Tirmidzi)
Makna: Nabi saw memilih miskin sebagai jalan hidup.
Batin: Fana’ dari dunia untuk baqa’ bersama Allah.
6. Miskin dan Syukur
“Lihatlah kepada orang yang lebih miskin darimu, bukan kepada yang lebih kaya…”(HR. Muslim)
Makna: Miskin bukan untuk diratapi, tapi disyukuri.
Batin: Miskin membuka pintu ridha.
7. Miskin yang Menyelamatkan
“Sesungguhnya kekayaan itu bisa melalaikan, dan kemiskinan bisa mendekatkan seorang hamba kepada Rabb-nya.”(Diriwayatkan dalam kitab-kitab hikmah)
Makna: Miskin adalah jembatan kesadaran.
Batin: Miskin bukan kelemahan, tapi sarana ma‘rifat.
8. Miskin Dunia, Kaya Akhirat
“Bukanlah kekayaan karena banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kekayaan jiwa.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Makna: Miskin harta tapi kaya batin lebih tinggi nilainya.
Batin: Al-ghina al-batini (kekayaan dalam jiwa) adalah maqam para arifin.
9. Miskin sebagai Penjaga Iman
“Jika bukan karena rasa takut kemiskinan, maka umatku akan bersaing dalam dunia…”
(HR. Tirmidzi)
Makna: Miskin menjaga dari kerakusan.
Batin: Miskin dapat menghalangi fitnah dunia yang menyesatkan.
10. Miskin Hakiki: Hamba Allah
“Wahai anak Adam, semua itu milik-Ku, dan engkau adalah fakir di hadapan-Ku.”
Makna: Semua manusia hakikatnya miskin di hadapan Allah.
Batin: Maqam “faqr” (kemiskinan hakiki) adalah puncak makrifat, sebagaimana dijalani oleh para wali dan arifin.
Makna “miskin” menurut hadis Ahlul Bayt (as), yang merangkum pandangan zahir dan makna batin/spiritual dari kemiskinan, sebagaimana tercermin dalam ucapan dan doa para Imam suci dari Ahlul Bayt:
1. Miskin adalah Maqam Kebanggaan
Imam Ali (as): Aku bangga atas kemiskinanku sebagaimana orang kaya bangga atas kekayaannya.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 105)
Makna: Kemiskinan bukan kehinaan, tapi maqam spiritual.
Batin: Kemiskinan lahiriah membebaskan dari kesombongan dan mengasah kerendahan hati.
2. Miskin sebagai Ujian Ilahi
Imam Ali (as):”Allah menguji para wali-Nya dengan kemiskinan, agar kesabaran mereka menjadi sempurna.”
Makna: Miskin adalah medan untuk kesabaran dan ikhlas.
Batin: Dalam kefakiran, cahaya tawakal tumbuh.
3. Miskin yang Terjaga Kehormatannya
Imam Ja‘far as-Sadiq (as):
“Orang miskin yang menahan diri lebih utama daripada orang kaya yang bersyukur.”(Al-Kafi, jilid 2)
Makna: Kemiskinan yang tak disertai keluhan lebih tinggi derajatnya.
Batin: Ruh yang qana‘ah (merasa cukup) meski miskin adalah ruh suci.
4. Miskin yang Tak Disadari
Imam as-Sadiq (as):
“Orang miskin sejati adalah yang malu untuk meminta, dan orang tidak tahu bahwa ia miskin.”
Makna: Kemuliaan diri lebih utama daripada harta.
Batin: Kesadaran akan Allah menutup aib kemiskinan.
5. Miskin sebagai Jalan Surga
Imam Ali (as):”Sesungguhnya Allah menjadikan kemiskinan sebagai pelindung bagi kekasih-kekasih-Nya.”
Makna: Banyak dari kekasih Allah adalah orang-orang miskin.
Batin: Dunia dijauhkan agar hati hanya terpaut pada-Nya.
6. Miskin dan Bahaya Kekayaan
Imam Ali (as):”Hati-hatilah terhadap kekayaan, karena ia bisa melalaikanmu dari kebenaran.”
Makna: Kekayaan lebih sering menjadi ujian yang membutakan.
Batin: Miskin bisa menjadi penjaga hati dari fitnah dunia.
7. Miskin dan Ketulusan Amal
Imam Ali Zainal Abidin (as):
“Ya Allah, beri aku rezeki mencintai orang miskin, dan duduk bersama mereka.”
(Sahifah Sajjadiyyah, Doa 23)
Makna: Kemiskinan mendidik jiwa dalam ikhlas dan cinta.
Batin: Duduk bersama miskin adalah duduk bersama cahaya kemanusiaan.
8. Miskin yang Tak Meminta
Imam as-Sadiq (as):”Barang siapa menahan diri (dari meminta), Allah akan menjadikannya kaya dengan kehormatan.”
Makna: Miskin sejati tetap menjaga izzah (martabat).
Batin: Allah ciptakan kekayaan batin bagi yang bersabar.
9. Miskin Dunia, Kaya Akhirat
Imam al-Baqir (as):”Orang miskin yang bersabar akan berada bersama Nabi Muhammad (saw) di surga.”
Makna: Miskin bukan akhir segalanya, tapi awal kemuliaan.
Batin: Surga adalah milik jiwa yang bersih, bukan harta yang banyak.
10. Miskin Hakiki: Fakir kepada Allah; Imam Ali (as):”Fakirlah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar kefakiran, karena siapa merasa cukup dari-Nya, ia binasa.”
Makna: Kemiskinan tertinggi adalah kesadaran bahwa segalanya berasal dari Allah.
Batin: Ini adalah maqam “faqr ilallah” – puncak makrifat arifin.
Makna “miskin” menurut para mufasir (ahli tafsir) Al-Qur’an, dari sisi zahir (lahiriah) dan batin (isyarat maknawi/ruhiyah), sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab tafsir klasik dan sufi:
1. Miskin ≠ Fakir (Ada Bedanya)
Tafsir al-Rāzī & al-Qurṭubī (QS 9:60): Fakir tidak punya apa-apa. Miskin masih punya, tapi tidak cukup.
Zahir: Miskin = orang yang bekerja tapi tetap tidak terpenuhi kebutuhan.
Batin: Jiwa yang merasa “cukup” dengan selain Allah, padahal masih kosong dari makrifat.
2. Miskin karena Menjaga Harga Diri; Tafsir al-Ṭabari (QS 2:273):
“…disangka kaya karena mereka menjaga kehormatan.”
Zahir: Miskin yang tidak suka meminta.
Batin: Jiwa yang tawadhu’, tidak menampakkan kemiskinan rohani, tapi terus menghadap Allah dalam diam.
3. Miskin sebagai Prioritas Sosial
Tafsir al-Mīzān (al-Ṭabāṭabā’ī): Miskin diberi perhatian utama dalam distribusi harta.
Zahir: Hukum sosial Islam melindungi yang lemah.
Batin: Siapa pun yang miskin dari keilmuan dan hidayah perlu “diberi” nur ilahi.
4. Miskin sebagai Jalan Ma‘rifat
Tafsir Rūḥ al-Ma‘ānī (al-Ālūsī): Ayat-ayat miskin mengandung isyarat maqam “faqr” (kemiskinan kepada Allah).
Zahir: Miskin duniawi.
Batin: Miskin yang sesungguhnya adalah yang tak merasa memiliki apa pun selain Allah.
5. Miskin = Rendah tapi Dicintai Allah; Tafsir al-Kāshānī (sufi):
Allah menyebut miskin dalam konteks pujian (QS Al-Insān:8).
Zahir: Miskin diberi makan karena cinta kepada Allah.
Batin: Miskin adalah hamba yang tidak punya selain cinta kepada-Nya.
6. Miskin sebagai Ladang Pahala
Tafsir al-Marāghī & al-Sa‘dī:
Ayat-ayat tentang memberi kepada miskin menunjukkan jalan menuju surga (QS 90:14-16).
Zahir: Pahala besar dalam membantu miskin.
Batin: Jiwa kita juga miskin—harus diberi “makanan” ilmu, iman, dan cinta Ilahi.
7. Miskin yang Terselamatkan dari Fitnah Dunia; Tafsir al-Qummī (Syiah): Para Ahlul Bayt hidup miskin untuk meneladani Nabi (saw).
Zahir: Zuhud adalah bentuk kemiskinan pilihan.
Batin: Miskin dari dunia, kaya dengan Allah (faqr pilihan, bukan keterpaksaan).
8. Miskin dan Hikmah Ilahiyah
Tafsir Ibn ‘Ajībah (sufi): Miskin dijadikan Allah sebagai cermin untuk melihat hakikat ketergantungan manusia.
Zahir: Miskin butuh bantuan.
Batin: Miskin adalah maqam makhluk: kita fakir, Allah al-Ghani.
9. Miskin Kapal dalam Kisah Khidr
Tafsir al-Ṭabari (QS 18:79): Pemilik kapal “miskin” tapi tetap punya aset kecil.
Zahir: Kadang musibah menimpa miskin agar mereka diselamatkan dari bahaya lebih besar.
Batin: Allah “merusak” sebagian dunia kita agar menyelamatkan iman kita.
10. Miskin sebagai Simbol Hamba Sejati; Tafsir al-Naysābūrī: Miskin” disebut karena mereka tempat beredarnya rahmat dan ujian.
Zahir: Umat miskin jadi objek kasih sayang.
Batin: Miskin adalah maqam sufi tertinggi: “Faqrī fakhri” — kemiskinanku adalah kebanggaanku.
Makna “miskin” menurut mufasir Syiah, berdasarkan karya-karya tafsir Ahlul Bait dan para mufasir Syiah seperti Allamah Thabathaba’i, Syaikh Thabarsi, Allamah Qummi, dan Sayyid Haidar Amuli, yang mencakup makna zahir (fiqih-akhlak) dan makna batin (hakikat-spiritual):
1. Miskin: Orang yang Punya Sedikit tapi Tidak Cukup
Sumber: Tafsir al-Mīzān, Allamah Thabathaba’i (QS 9:60)
Makna Zahir: Miskin adalah orang yang punya harta atau kerja, tapi tidak mencukupi kebutuhannya.
Makna Batin: Miskin secara spiritual adalah orang yang sadar bahwa ia tidak memiliki apa pun selain Allah.
2. Miskin: Penerima Utama Zakat dan Hak Sosial
Sumber: Majma‘ al-Bayan, Syaikh Thabarsi (QS 2:177 & QS 9:60)
Makna Zahir: Miskin termasuk golongan yang wajib dibantu oleh masyarakat.
Makna Batin: Jiwa-jiwa miskin dari cahaya iman juga harus “diberi makan” oleh para wali Allah.
3. Miskin yang Menyembunyikan Keadaannya
Sumber: Tafsir al-Qummi (QS 2:273)
“…disangka kaya karena mereka menjaga diri dan tidak meminta…”
Makna Zahir: Miskin yang tidak meminta lebih berhak menerima bantuan.
Makna Batin: Miskin rohani yang menjaga dirinya dari keluhan adalah arif sejati.
4. Miskin sebagai Maqam Wali Allah; Tafsir al-Mīzān, Allamah Thabathaba’i (QS 76:8)
“Mereka memberi makanan kepada orang miskin karena cinta kepada Allah…”
Makna Zahir: Miskin adalah orang lemah yang dicintai oleh para wali.
Makna Batin: Miskin adalah maqam “faqir ilallah” — hamba yang tidak punya kecuali cinta.
5. Miskin dalam Kisah Nabi Khidr dan Kapal; Tafsir Nur al-Thaqalayn, hadits Imam Ja‘far as-Sadiq (QS 18:79)
Makna Zahir: Orang miskin diuji agar diselamatkan dari bahaya yang lebih besar.
Makna Batin: Kadang Allah “merusak” dunia seorang arif untuk menyelamatkan agamanya.
6. Miskin sebagai Jalan Makrifat
Jami‘ al-Asrar, Sayyid Haidar Amuli
Makna Zahir: Kemiskinan adalah sarana melatih kesabaran dan zuhud.
Makna Batin: “Faqr” adalah maqam para wali — merasa tidak memiliki selain Allah.
7. Miskin: Simbol Manusia Hakiki
Sumber: Al-Mīzān, QS 35:15
“Wahai manusia, kalian semua faqir terhadap Allah.”
Makna Zahir: Semua manusia bergantung kepada Allah.
Makna Batin: Miskin sejati adalah yang menyadari kemiskinannya dan menyerah penuh pada kehendak Ilahi.
8. Miskin dan Maqam Rasulullah (saw); Tafsir Nur al-Thaqalayn, riwayat dari Imam Ali (as)
“Kemiskinanku adalah kebanggaanku” (Faqri fakhrī)
Makna Zahir: Nabi memilih hidup miskin sebagai jalan kemuliaan.
Makna Batin: Miskin adalah fana’ dari dunia dan baqa’ bersama Allah.
9. Miskin Sebagai Amanah Allah
Majma‘ al-Bayan (tafsir QS 107:3)
“Dan kamu tidak mendorong memberi makan orang miskin.”
Makna Zahir: Mengabaikan miskin adalah bentuk kefasikan sosial.
Makna Batin: Mengabaikan jiwa-jiwa miskin ilmu dan cinta adalah bentuk pembangkangan terhadap cahaya Ilahi.
10. Miskin: Jalan Kerendahan Hati
Tafsir al-Qummi (QS 90:14-16)
Makna Zahir: Menyantuni miskin adalah tanda ketakwaan.
Makna Batin: Merasa miskin di hadapan Allah adalah awal dari makrifat.
Makna “miskin” menurut para ahli makrifat dan hakikat — para sufi dan arifin dari kalangan Syiah dan umum — yang menafsirkan “miskin” bukan hanya secara materi, tetapi sebagai maqam ruhani, jalan spiritual, dan penyingkapan hakikat hubungan hamba dengan Allah:
1. Miskin = Faqr Ilallah (Kemiskinan kepada Allah); Sayyid Haidar Amuli & Imam Ja‘far as-Sadiq (as): “Faqr (kemiskinan) adalah mahkota para wali.”
Makna: Seorang arif adalah “miskin” karena ia tidak merasa memiliki apa pun kecuali Allah. Inilah maqam tertinggi hamba sejati.
2. Miskin = Tiada Kepemilikan Hakiki; Imam Ali (as): Aku adalah hamba miskin kepada Tuhanku.”
Makna: Dalam makrifat, semua milik makhluk adalah pinjaman. Miskin hakikat adalah mereka yang melihat segala sesuatu sebagai milik Allah semata.
3. Miskin = Tidak Bergantung Selain kepada Allah; Imam Zainal Abidin (as) dalam Doa Abu Hamzah:”Aku adalah hamba yang miskin, lemah, hina, dan berlindung kepada-Mu.”
Makna: Ketergantungan sejati hanya kepada Allah. Miskin berarti tidak menoleh kepada makhluk sedikit pun.
4. Miskin = Maqam Kebutuhan Mutlak (Iftiqār); Syekh Bahā’ī & Allamah Thabathaba’i (dalam tafsir isyari):Sesungguhnya manusia itu fakir terhadap Allah.” (QS 35:15)
Makna: Hamba yang arif merasa seluruh eksistensinya adalah kehampaan yang membutuhkan keberadaan Allah terus-menerus.
5. Miskin = Penyingkapan Hakikat Kehambaan (ʿUbūdiyyah)
Sayyid Ibnu Thawus & al-Kāshānī (Syiah sufi): Makna: Seorang miskin sejati adalah hamba yang telah menyadari bahwa kehambaannya adalah hakikat jati dirinya, dan seluruh ibadahnya adalah karena kefakiran, bukan kehebatan.
6. Miskin = Zuhud Total terhadap Dunia; Imam Ja‘far as-Sadiq (as): Zuhud bukan berarti tidak memiliki apa-apa, tetapi tidak menjadikan apa pun sebagai hatimu.”
Makna: Miskin secara hakikat adalah bebas dari ketergantungan batin kepada dunia meski dunia ada di tangan.
7. Miskin = Pintu Ma‘rifat Ilahi
Al-Qushayrī (dalam Risalahnya) & al-Hallāj: Makna: Miskin bukan hanya maqam awal, tapi juga jalan ke makrifat. Hanya yang kosong dari selain Allah yang mampu menerima limpahan cahaya-Nya.
8. Miskin = Ketiadaan Diri (Fana’)
Ibnu ‘Arabi: “Kefakiran adalah ketiadaan, karena hanya dalam ketiadaan makhluk akan nampak wujud Tuhan.” Makna: Miskin hakikat adalah sirna dari ego dan melebur dalam Nur al-Haqq.
9. Miskin = Mahabbah Tanpa Syarat; Syaikh ‘Abd al-Karim al-Jili (dalam Insan Kamil): Makna: Miskin adalah pecinta sejati yang tidak meminta balasan apa pun dari Kekasihnya, hanya rindu untuk fana dalam-Nya.
10. Miskin = Permadani Rahmat dan Pengabulan; Riwayat Ahlul Bayt:”Doanya orang miskin lebih cepat diijabah.”Makna: Miskin dalam makrifat adalah maqam kesucian hati dari keinginan duniawi; inilah sebab doa-doanya tembus ke hadirat Allah.
Makna “miskin” menurut ahli hakikat dari kalangan Syiah, terutama yang berasal dari jalur `Irfān dan hikmah ilāhiyyah Ahlul Bayt, seperti Imam Ali (as), Imam Ja‘far as-Sadiq (as), Sayyid Haidar Amuli, Allamah Thabathaba’i, Mulla Sadra, dan lainnya. Makna-makna ini mengungkap dimensi spiritual (hakikat) dari istilah “miskin”:
1. Miskin = Hamba yang Fana dan Tidak Memiliki Apa-apa
Imam Ali (as): “Ya Allah, aku adalah hamba-Mu yang miskin dan lemah.”
Makna Hakikat: Miskin adalah hamba yang menyadari bahwa dirinya kosong dari wujud dan hakikat—ia hanya ada karena Allah. Kefakiran adalah kondisi ruhani tertinggi.
2. Miskin = Maqam Kehambaan Murni (ʿUbūdiyyah); Sayyid Haidar Amuli: “Faqr adalah maqam para nabi dan wali; ia tanda kehambaan sejati.”Makna Hakikat: Miskin bukan aib, tapi tanda penyempurnaan batin. Orang yang ‘faqir’ telah menanggalkan segala identitas selain sebagai hamba Allah.
3. Miskin = Jalan Makrifat (Ma‘rifah Ilāhiyyah); Imam Ja‘far as-Sadiq (as):”Siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.”
Makna Hakikat: Miskin adalah mereka yang mengenal diri dalam kefakiran total, lalu terbuka hijab antara dia dan Tuhannya. Makrifat tidak diberikan pada yang merasa “cukup”.
4. Miskin = Simbol Ruh yang Belum Terhijab oleh Dunia; Allamah Thabathaba’i (al-Mīzān, tafsir isyari):”Kefakiran batin berarti tidak memiliki selain Allah dalam hati.”
Makna Hakikat: Miskin sejati adalah hati yang bersih dari dunia dan penuh dengan cahaya tauhid.
5. Miskin = Nama Lain dari Suluk (Perjalanan Ruhani); Mulla Sadra (Hikmah Muta‘āliyah):Segala wujud selain Allah adalah faqir, karena wujudnya tidak berdiri sendiri.”
Makna Hakikat: Miskin adalah maqam ruhani dalam suluk, yakni tahap di mana salik melewati kefanaan dirinya menuju ketergantungan mutlak pada Wujud Mutlak (Allah).
6. Miskin = Cermin Nama Allah “Al-Ghani” Imam Ali (as): “Kekayaan sejati adalah tidak butuh kepada makhluk.” Makna Hakikat: Semakin miskin seorang arif, semakin nampak sifat Allah Yang Maha Kaya. Kefakiran makhluk menampakkan kekayaan Tuhan.
7. Miskin = Jembatan antara Dunia dan Nur; Sayyid Ibn Thawus:”Allah mencintai para miskin karena mereka lebih dekat kepada-Nya.”
Makna Hakikat: Miskin bukan semata sosial, tapi keadaan ruhani yang menjadikan hati lembut, hancur, dan siap menerima pancaran nur Ilahi.
8. Miskin = Qalbu yang Dikosongkan dari Diri Sendiri
Syekh Bahā’ī:Faqr adalah ketika hati tidak melihat apa pun selain Allah.”
Makna Hakikat: Miskin adalah mereka yang telah mengeluarkan “diri”, hawa nafsu, dan dunia dari hatinya, hingga hanya Allah yang tinggal di sana.
9. Miskin = Rahmat yang Menyamar dalam Ujian; Imam Ja‘far as-Sadiq (as):”Kemiskinan adalah perhiasan bagi orang beriman.” Makna Hakikat: Allah menyamarkan rahmat-Nya dalam kefakiran agar hanya hamba pilihan yang melihat kemuliaannya.
10. Miskin = Mahkota yang Diberikan kepada Wali; Riwayat (Syiah dan sufi):”Faqri fakhrī” — Kemiskinanku adalah kebanggaanku (Rasulullah saw) Makna Hakikat: Para wali Allah bangga karena mereka miskin dari segala yang fana dan hanya terikat kepada Yang Baqa’. Dalam pandangan ahli hakikat Syiah, “miskin” bukanlah kehinaan, tetapi maqam tertinggi dalam spiritualitas — kondisi mutlak yang membuka tabir antara hamba dan Allah. Ia adalah rahasia dari penghambaan murni (ʿubūdiyyah) dan kunci makrifat sejati.
Kisah dan cerita yang menggambarkan makna “miskin” menurut ahli hakikat Syiah, yang mencakup makna zahir (fisik) dan batin (spiritual) dari kefakiran sebagai jalan menuju makrifat:
1. Kisah Imam Ali (as) dan Miskinnya Hati
Pada suatu hari, Imam Ali (as) melewati seorang pria miskin yang sedang duduk dengan pakaian lusuh. Imam Ali (as) mendekatinya dan berkata, “Apa yang membuatmu begitu miskin?” Pria itu menjawab, “Aku miskin karena tidak memiliki apa-apa selain Allah.” Imam Ali (as) tersenyum dan berkata, “Itulah kekayaan sejati.” Makna: Miskin dalam konteks ini adalah kerendahan hati dan ketergantungan hanya kepada Allah, yang mencerminkan maqam hakikat.
2. Kisah Faqr Nabi Muhammad (saw); Rasulullah Muhammad (saw) pernah berkata, “Kemiskinanku adalah kebanggaanku.” Suatu hari, ketika beliau duduk di masjid, seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa kamu hidup dalam kemiskinan?” Rasulullah (saw) menjawab, “Karena aku adalah utusan Allah, dan aku ingin menunjukkan kepada umatku bahwa hidup bukan untuk harta, tetapi untuk menyembah Allah.” Makna: Rasulullah (saw) menunjukkan bahwa kemiskinan bukanlah kekurangan, tetapi suatu keberkahan dalam menjalani hidup penuh kesederhanaan dan ketergantungan kepada Allah.
3. Kisah Sayyidah Fatimah (as) dan Kemiskinan Rumah Tangga
Suatu ketika, Sayyidah Fatimah (as) menghadapi kesulitan dalam kehidupan rumah tangganya, dengan sedikit makanan dan perlengkapan rumah yang sangat terbatas. Meskipun dalam keadaan tersebut, beliau tetap bersabar dan bersyukur. Ketika beliau ditanya tentang mengapa tidak meminta bantuan, beliau menjawab, “Kami adalah keluarga yang dipilih untuk hidup dalam kefakiran sebagai pelajaran bagi umat.” Makna: Miskin secara batin berarti kesabaran dalam menghadapi kesulitan, tetap tegar dalam menghadap Allah, dan menunjukkan zuhud dalam hidup.
4. Kisah Imam Ali (as) dan Pria Miskin yang Mengemis
Suatu ketika, seorang pria datang ke Imam Ali (as) dan meminta bantuan. Imam Ali (as) memberikan semua uang yang dimilikinya. Ketika sahabatnya bertanya mengapa ia memberikan segalanya, Imam Ali (as) menjawab, “Orang miskin yang datang kepada kita adalah utusan Allah. Saya tidak tahu apakah saya akan diberi kesempatan lagi untuk membantu orang seperti dia. Makna: Miskin adalah panggilan untuk kedermawanan, dan kemiskinan membawa rahmat dan keberkahan bagi pemberi dan penerima.
5. Kisah Imam Ja‘far as-Sadiq (as) dan Keikhlasan Hati ; Imam Ja‘far as-Sadiq (as) mengajarkan bahwa kemiskinan spiritual adalah ketika seorang hamba merasa bahwa segala sesuatu selain Allah adalah sia-sia. Beliau menceritakan tentang seseorang yang memiliki dunia seisinya, namun merasa kosong dan miskin. Imam Ja‘far as-Sadiq (as) berkata, “Mereka yang merasa miskin karena ketergantungan pada selain Allah akan selalu merasa tidak cukup.” Makna: Miskin batin adalah keadaan di mana seseorang melepaskan kecintaan kepada dunia dan menjadikan Allah satu-satunya tujuan.
6. Kisah Miskinnya Hati Sayyidah Zainab (as); Saat Sayyidah Zainab (as) menghadapi penderitaan setelah tragedi Karbala, beliau menunjukkan kemiskinan hati yang luar biasa. Meskipun beliau adalah putri dari Imam Ali (as) dan Sayyidah Fatimah (as), beliau tidak merasa memiliki apa-apa selain Allah. Ketika ditanya tentang kondisi dirinya, beliau menjawab, “Aku adalah hamba Allah yang miskin, dan di tangan-Nya segala urusanku.”
Makna: Miskin dalam kerendahan hati dan ketergantungan penuh pada Allah adalah inti dari keikhlasan dan kesabaran.
7. Kisah Imam Ali (as) dan Kemiskinan Sosial; Imam Ali (as) sering kali dijumpai dalam kondisi yang sangat sederhana, bahkan lebih miskin daripada banyak orang biasa. Suatu hari, Imam Ali (as) diberi sebuah rumah yang sangat sederhana. Ketika ada yang bertanya, “Mengapa Anda hidup begitu sederhana?”, beliau menjawab, “Aku lebih memilih hidup dalam kefakiran daripada terikat dengan dunia.” Makna: Miskin secara sosial adalah pilihan spiritual, menunjukkan bahwa dunia bukanlah tujuan hidup.
8. Kisah Imam Ali (as) dan Kedermawanannya; Suatu hari, seorang fakir datang kepada Imam Ali (as) meminta bantuan. Imam Ali (as) menanggapinya dengan memberinya seluruh hartanya yang ada. Ketika sahabatnya bertanya mengapa, Imam Ali (as) menjawab, “Sesungguhnya, kemiskinan adalah ujian Allah, dan kita harus menjawabnya dengan kedermawanan.” Makna: Miskin adalah ujian yang membawa hamba lebih dekat kepada Allah, dan kedermawanan adalah cara menghadapinya.
9. Kisah Abdullah bin Mas‘ud dan Kehidupan Sederhana
Abdullah bin Mas‘ud adalah seorang sahabat Nabi yang dikenal karena kesederhanaannya. Suatu hari, seseorang bertanya kepada Abdullah, “Mengapa Anda hidup begitu miskin?” Abdullah menjawab, “Aku lebih memilih kekayaan akhirat daripada dunia yang fana.”
Makna: Miskin adalah pilihan hidup yang membawa kepada kekayaan batin dan kebahagiaan sejati.
10. Kisah Imam Ali Zainal Abidin (as) dan Doa Orang Miskin
Imam Ali Zainal Abidin (as) dikenal karena kesalehannya dalam berdoa. Pada suatu malam, beliau mendengar seseorang berdoa dengan penuh kerendahan hati, “Ya Allah, aku adalah hamba-Mu yang miskin dan tidak memiliki apapun selain-Mu.” Imam Ali (as) tersentuh oleh doa tersebut dan berkata, “Mereka yang benar-benar miskin adalah mereka yang mengakui kefakirannya kepada Allah.”
Makna: Doa orang miskin mencerminkan kerendahan hati, dan pengakuan akan ketergantungan mutlak kepada Allah adalah kunci dari makrifat sejati.
Kisah-kisah ini menggambarkan bahwa kemiskinan dalam pandangan Syiah bukanlah sekadar kekurangan materi, tetapi lebih kepada kekosongan batin yang mengarah pada ketergantungan mutlak kepada Allah. Miskin dalam konteks ini adalah jalan menuju kemuliaan, makrifat, dan kesucian hati.
Manfaat dari kemiskinan (faqr) menurut perspektif ahli hakikat, bersama dengan doa-doa yang berkaitan dengan kemiskinan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
1. Manfaat: Mendekatkan Diri kepada Allah; Makna Hakikat: Kemiskinan membuka pintu hati untuk lebih bergantung hanya kepada Allah, mengurangi ketergantungan pada dunia.
اللهم اجعل فقرنا إليك غنى
“Ya Allah, jadikanlah kemiskinan kami sebagai kekayaan (di sisi-Mu).”
Manfaat Doa: Mengakui kemiskinan sebagai sarana menuju kekayaan spiritual, dan mengharapkan ketergantungan penuh kepada Allah.
2. Manfaat: Kesederhanaan dalam Hidup; Makna Hakikat: Orang miskin merasa bahwa dunia ini sementara, dan lebih mengutamakan kehidupan akhirat.
اللهم ارزقني حياة قنوعة في الدنيا
“Ya Allah, karuniakanlah aku kehidupan yang puas dengan apa yang ada di dunia.”
Manfaat Doa: Membantu menumbuhkan rasa cukup dan sederhana, serta menjaga hati dari kecintaan duniawi.
3. Manfaat: Membersihkan Hati dari Kesombongan;Makna Hakikat: Dengan kemiskinan, seseorang lebih mudah menghindari kesombongan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh kerendahan hati.
اللهم طهر قلبي من الكبر والغرور
“Ya Allah, sucikanlah hatiku dari kesombongan dan kebanggaan.”
Manfaat Doa: Menghapuskan sifat sombong yang sering kali timbul dari kepemilikan duniawi.
4. Manfaat: Memperoleh Hikmah dan Keikhlasan; Makna Hakikat: Kemiskinan mengajarkan kepada seseorang untuk lebih ikhlas dan sabar dalam menghadapi ujian hidup.
اللهم اجعل فقرنا مفتاحا لقلوبنا
“Ya Allah, jadikanlah kemiskinan kami sebagai kunci untuk membuka hati kami.” Manfaat Doa: Meningkatkan keikhlasan dalam menerima segala yang datang sebagai bentuk ujian dan rahmat dari Allah.
5. Manfaat: Keberkahan dalam Hidup; Makna Hakikat: Mereka yang miskin karena Allah akan mendapatkan keberkahan yang tak terhingga.
اللهم بارك لي في فقري
“Ya Allah, berkahilah kemiskinanku.”
Manfaat Doa: Memohon kepada Allah untuk memberi berkah dalam setiap keadaan, sehingga meski dalam kemiskinan, hidup terasa penuh berkah.
6. Manfaat: Meningkatkan Derajat di Sisi Allah; Makna Hakikat: Kemiskinan dapat menjadi sarana untuk mendapatkan derajat yang lebih tinggi di sisi Allah, seperti yang dialami oleh Nabi dan para wali.
اللهم اجعل فقري سببًا لرفعة درجتي
“Ya Allah, jadikanlah kemiskinanku sebagai sebab untuk mengangkat derajatku.” Manfaat Doa: Mengharapkan kemiskinan sebagai jalan untuk mendapatkan kedudukan yang lebih mulia di akhirat.
7. Manfaat: Membuka Pintu Rahmat dan Pengampunan;
Makna Hakikat: Dalam kemiskinan, seseorang lebih mudah untuk menerima dan merasakan rahmat Allah.
اللهم اغفر لي في فقرنا
“Ya Allah, ampunilah aku dalam kemiskinanku.”
Manfaat Doa: Memohon ampunan Allah atas segala dosa, mengingat bahwa kefakiran ini adalah jalan menuju pengampunan-Nya.
8. Manfaat: Peningkatan Rasa Syukur;Makna Hakikat: Kemiskinan menumbuhkan rasa syukur yang lebih dalam kepada Allah, karena seseorang yang miskin akan selalu merasa puas dengan sedikit yang dimiliki.
اللهم ارزقني الشكر في جميع حالاتي
“Ya Allah, karuniakanlah aku syukur dalam setiap keadaan.”
Manfaat Doa: Memohon untuk selalu diberi rasa syukur, baik dalam keadaan kaya maupun miskin, sebagai bentuk penghambaan kepada Allah.
9. Manfaat: Mengurangi Godaan Duniawi; Makna Hakikat: Kemiskinan dapat membantu seseorang untuk mengurangi keinginan terhadap dunia dan lebih fokus pada akhirat.
اللهم اجعل قلبي غنيا عن الدنيا
“Ya Allah, jadikanlah hatiku kaya dengan iman dan tidak tertarik pada dunia.” Manfaat Doa: Memohon kepada Allah untuk membuat hati kaya dengan ilmu dan ketakwaan, dan menjauhkan dari kecintaan dunia.
10. Manfaat: Memberikan Kesempatan untuk Berderma
Makna Hakikat: Kemiskinan bukan hanya untuk diuji, tetapi juga untuk mengingatkan kita untuk lebih banyak memberi kepada yang membutuhkan.
اللهم اجعلني من أهل الإحسان
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang yang berbuat baik (dermawan).” Manfaat Doa: Memohon agar kemiskinan menggerakkan hati untuk berderma, dengan memberikan harta kepada yang membutuhkan sebagai amal jariyah.
Manfaat dari kemiskinan dalam pandangan ahli hakikat tidak hanya bersifat duniawi, tetapi lebih kepada kedekatan dengan Allah, pembersihan hati, dan kekayaan batin. Dengan doa-doa ini, seseorang dapat lebih mendalami hakikat kemiskinan sebagai jalan menuju kesempurnaan rohani dan kekayaan spiritual.
Munajat Orang Yang Berkekurangan ; Munajat Imam Ali Zainal Abidin AsSajjad as.)
Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Nabi Muhammad
dan keluarga Nabi Muhammad.
Ilahi, lukaku takkan tersembuhkan kecuali dengan karunia dan kasih-Mu. Kefakiranku takkan terkayakan kecuali dengan cinta dan kebaikan-Mu. Ketakutanku takkan tertenangkan kecuali dengan kepercayaan-Mu. Kehinaanku takkan termuliakan kecuali dengan kekuasaan-Mu. Keinginanku takkan terpenuhi kecuali dengan anugerah-Mu. Keperluanku takkan tertutupi kecuali dengan karunia-Mu. Kebutuhanku takkan tercapai oleh selain-Mu. Kesulitanku takkan teratasi kecuali dengan rahmat-Mu.
Kesengsaraanku takkan terhilangkan kecuali dengan kasih-Mu. Kehausanku takkan terpuaskan kecuali dengan pertemuan-Mu. Kerinduanku takkan teredahkan kecuali dengan perjumpaan-Mu.
Kedambaanku takkan terpenuhi kecuali dengan mamandang wajah-Mu. Ketenteramanku takkan tenang kecuali dengan mendekati-Mu. Deritaku dapat ditolak hanya dengan karunia-Mu. Penyakitku dapat disembuhkan hanya dengan obat-Mu. Dukaku dapat dihilangkan hanya dengan kedekatan-Mu.
Lukaku dapat ditutupi hanya dengan ampunan-Mu.
Noda hatiku dapat dikikis hanya dengan maaf-Mu.
Was-was dadaku dapat dilenyapkan hanya dengan perintah-Mu.
Wahai akhir harapan para pengharap. Wahai tujuan permohonan para pemohon.
Wahai ujung pencarian para pencari. Wahai puncak kedambaan para pendamba. Wahai kekasih orang-orang yang saleh. Wahai penentram orang-orang yang takut. Wahai Penyambut seruan orang-orang yang menderita. Wahai tabungan orang-orang yang sengsara.
Wahai perbendaharaan orang-orang yang papa. Wahai perlindungan para pencari perlindungan. Wahai pemenuh hajat fuqara dan masakin.
Wahai Yang paling pemurah dari segala yang pemurah. Wahai yang paling pengasih dari segala yang mengasihi.
Bagi-Mu penyerahanku dan doaku, sampaikan daku pada kesenangan ridho-Mu, kekalkan bagiku kenikmatan pemberian-Mu.
Inilah daku - berhenti dipintu kemurahan-Mu, berpegang pada tali-Mu yang kokoh, bergantung pada ikatan-Mu yang Perkasa.
Ilahi, sayangilah hamba-Mu yang hina, yang berlidah lemah, beramal kurang. Berilah padanya karunia yang berlimpah, lindungilah dia di bawah naungan-Mu yang teduh.
Wahai yang pemurah,
Wahai yang Maha indah.
Wahai yang paling Pengasih dari segala yang mengasihi,
Ya Arhamar rôhimîn.
Comments (19)
5556kedeqL4')) OR 386=(SELECT 386 FROM PG_SLEEP(15))--
Reply555*DBMS_PIPE.RECEIVE_MESSAGE(CHR(99)||CHR(99)||CHR(99),15)
Reply555'||DBMS_PIPE.RECEIVE_MESSAGE(CHR(98)||CHR(98)||CHR(98),15)||'
Reply(select 198766*667891 from DUAL)
Reply